Minggu, 04 Juli 2010

HAKIKAT KEIMANAN HATI


Suatu saat terjadi dialog antara Rasulullah SAW dengan Hudzaifah Ra. Rasulullah Saw bertanya kepada Hudzaifah. Ya Hudzaifah, bagaimana keadaanmu saat ini? Jawab Hudzaifah: “Saat ini saya sudah benar-benar beriman, ya Rasulullah”. Rasul kemudian mengatakan, “Setiap kebenaran itu ada hakikatnya, maka apahakikat keimananmu, wahai Hudzaifah?” Jawab Hudzaifah: Ada "dua", ya Rasulullah. Pertama, saya sudah hilangkan unsur dunia dari kehidupan saya, sehingga bagi saya debu dan mas itu sama saja.

Dalam pengertian, saya akan cari kenikmatan dunia, lantas andaikata saya dapatkan maka saya akan menikmatinya dan bersyukur kepada Allah SWT. Tapi, kalau suatu saat kenikmatan dunia itu hilang dari tangan saya, maka saya tinggal bersabar sebab dunia bukanlah tujuan. Bila ia datang maka Alhamdulillah, dan bila ia pergi maka, Innalillaahi wa inna ilaihi raji'un. Yang kedua, Hudzaifah mengatakan, “setiap saya ingin melakukan sesuatu, saya bayangkan seakan-akan surga dan neraka itu ada di depan saya. Lantas saya bayangkan bagaimana ahli surga itu me-nikmati kenikmatan surga, dan sebaliknya bagaimana pula ahli neraka itu merasakan azab neraka jahanam. Sehingga terdoronglah saya untuk melakukan yang diperintahkan dan meninggalkan yang dilarang-Nya”.

Mendengar jawaban Hudzaifah ini, Rasul langsung saja memeluk Hudzaifah dan menepuk punggungnya sambil berkata, "pegang erat-erat prinsip keimananmu itu, ya Hudzaifah, kamu pasti akan selamat dunia akhirat". Bila kita cermati dialog tersebut, paling tidak, ada "dua" hikmah yang bisa kita petik. Pertama, iman kepada Allah, dengan mencintai Allah itu di atas cinta kepada selain Allah. Dan yang kedua, selalu membayangkan akibat dari setiap perbuatan yang dilakukan di dunia bagi kehidupan yang abadi di akhirat nanti.

Di dalam beberapa ayat, Allah SWT menjelaskan tentang sifat-sifat orang-orang yang muttaqin, mereka di antaranya adalah yang meyakini akan adanya kehidupan akhirat. Orang yang beriman akan adanya kehidupan akhirat, akan membuat dia mampu mengendalikan kecenderungan hawa nafsunya. Sebaliknya, orang-orang yang tidak meyakini akan adanya kehidupan akhirat,
"Mereka tidak pernah takut dengan hisab Kami, dan mereka telah mendustai ayat-ayat Allah dengan dusta yang nyata." (An Naba', 78 : 27-28)

Senin, 28 Juni 2010

CARA-CARA PROSES INTROPEKSI



Sepuluh Nasihat Menuju Ketentraman Hati

1. Jaga Lidahmu.

“Hati itu adalah tempat rahasia dan bibir itu kuncinya sementara lidah adalah anak kuncinya. Oleh itu hendaklah setiap orang menjaga anak kunci rahsianya”.

2. Kebaikan Ilmu.

“Tidak ada simpanan yang lebih berguna daripada ilmu, tidak ada sesuatu yang lebih beruntung daripada adab, tidak ada kawan yang lebih bagus daripada akal dan tidak ada benda ghaib yang lebih dekat daripada maut”.

3. Bandingan Akal Dan Harta.

“Akal itu menteri yang menasihat dan harta itu seorang tamu yang akan berangkat”

4. Bandingan Perkataan.

“Perkataan itu seperti obat jika engkau gunakan sedikit daripadanya akan memberi faedah, tetapi jika digunakan terlalu banyak akan membahayakan”

5. Siarkan Kebaikan Orang.

“Apabila engkau berbuat kebaikan sembunyikan, dan apabila orang membuat kebaikan kepadamu hendaklah engkau sebarkan”

6. Dunia.

“Dunia itu awalnya payah, akhirnya binasa, halalnya dihisab dan haramnya diazab”

7. Bala Terhebat.

“Manusia yang mendapat sehebat-hebat bala dan paling banyak kesusahan ialah orang yang mempunyai lidah yang terlepas dan hati yang tertutup yaitu dia tidak dapat diam dan tidak pandai memperelaokkan kata-katanya”

8. Bergaullah Dengan Baik.

“Bergaullah sesama manusia dengan satu pergaulan yang jika kamu tiada, mereka akan rindu kepada kamu dan jika kamu mati mereka akan menangisimu”

9. Nasib Si Pemarah Dan Putus Asa.

“Tidak akan engkau dapati orang yang pemarah itu senang, tidak yang berakal itu tamak, tidak yang pemurah itu dengk dan tidak yang berputus asa itu kaya”

10. Sabar.

“Kesabarn itu ada dua iaitu sabar menahan sesuatu yang engkau benci dan sabar melepaskan sesuatu yang engkau suka. Dan yang kedua itu lebih berat atas nafsu”